Tanggal O, bulan X
Ibu
di keluarga yang tinggal di lantai 3 gedung nomor 29 sepertinya memberi makan
dengan cukup baik. Pertumbuhan anak-anaknya pun cukup bagus. Tapi aku
menghawatirkan sifat rakus anak lelakinya, si anak bungsu. Ia suka meminta
makanan temannya. Aku akan sedikit membantunya. Kuletakkan cacing, kulit apel,
biji manggis, dan kulit tiram di beranda kamar anak itu. Dia pasti senang
mendapat makanan sebanyak itu.
Aku
kembali ke sarang. Aku kaget mendengar pernyataan istriku. Bukan, dia bukan
ingin meninggalkanku, melainkan anak-anak kami. “Tak lama lagi anak-anak kita
akan bisa mencari makan sendiri”. “Tak usah, aku masih bisa mencarikan mereka
makanan kok”. “Tapi memanjakan anak seperti itu bukan sayang namanya”, tutupnya. Cih! Ini memang kejadian tahunan,
tapi apa istriku paham kalau kemandirian anak-anak sama artinya dengan berpisah
dengan anak-anak? Kenapa tiap tahun kami harus merasakan apa yang hanya
beberapa kali manusia rasakan dalam hidupnya?
Hari
ini pun aku menjatuhkan cacing pada si anak bungsu dari keluarga yang tinggal
di lantai 3 gedung nomor 29. Ia terlihat meneriakkan sesuatu sambil mengangkat
tangan terkepal. Aah, padahal dia tak usah berterima kasih, yang penting dia
tumbuh besar. Aku terbang di atas rumah si anjing bodoh. Hari ini dia dan
anaknya diikat di halaman. Beda denganku dan manusia, si anjing bodoh dan
anaknya tinggal memakan mekanan yang disiapkan manusia. Enak sekali dia. Eh,
tapi si anjing bodoh memberikan sebagian makanan kepada anaknya yang makanannya
sudah duluan habis. Ternyata walaupun bodoh, dia tetap orang tua.
Tanggal X, bulan X
Aah! Ayah si
anak rakus sudah pulang. Dia jarang pulang dan sekarang berlaku sebagai ayah.
Aku harus kembali ke sarang mengantar makanan untuk anak-anakku dulu. Tapi lho?
Anak-anak ke mana? “Barusan meninggalkan sarang. Tiap tahun seperti ini kan?”
kata istriku. Mereka pergi tanpa mengucapkan salam apa-apa? Mudah sekali. Beda
dengan manusia, buat kami komunikasi antara
orang tua dan anak hanyalah saat memberi makan.
Oda Tobira (Tomo'o- Harus Makan Banyak)
Kalau manusia butuh waktu 20 tahun untuk
membesarkan anak, kami hanya butuh waktu setengah tahun. Meskipun demikian
bukan berarti hubungan orang tua dan anak antara kami kental. Aku ingin punya
waktu lebih banyak. Anak yang kubesarkan dengan susah payah pergi dengan
mudahnya. Sedangkan ayah si anak rakus meskipun pulang beeberapa bulan sekali tetap
punya hubungan erat dengan anaknya. Jangan-jangan
itu hal yang biasa di dunia manusia? Manusia punya waktu 20 tahun untuk
membesarkan seorang anak. Mungkin dia mencari makanan yang luar biasa hingga
butuh waktu bertahun-tahun. Kalau dilihat dari sudut pandang kami yang bersusah
payah membesarkan anak, mereka terlihat begitu santai. Aku tidak bisa memaafkan
ayah dan anak itu. Akan kujatuhkan batu di atas kepalanya. Tapi aku masih
bersimpati jadi tidak kujatuhkan batu pada anak-anak.
Oda Tobira (Tomo'o- Harus Makan Banyak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar