Tanggal X, bulan O
Sore ini aku
melihat lagi si anjing bodoh, yang entah mengapa begitu disukai oleh manusia,
berjalan-jalan di taman dengan tuannya. Akan tetapi ada satu hal yang berbeda
kali ini. Si anjing bodoh itu sudah memiliki anak. Katanya kalau orang tuanya
bodoh, anaknya pun akan bodoh. Aku benci makhluk bodoh, dan seperti biasa, akan
kujatuhkan batu di atas kepalanya. Batu
cocok dengan makhluk-makhluk bodoh itu. Tapi aku masih bersimpati jadi tidak
kujatuhkan batu pada anak-anak.
Ups,
si anjing bodoh menyalak. Geram. Tapi aku tak punya waktu berurusan lebih lama
dengannya karena aku pun sibuk membesarkan anak. Aku kembali ke sarang dengan
membawa seekor cacing besar untuk anak-anakku. “Cuma itu?”, kata istriku.
Padahal itu pun aku sudah susah payah menemukannya. “Ini belum cukup! Bawakan
lagi yang banyak!”, katanya lagi.
Anak-anakku
makan banyak. Meski berat, tapi aku tidak sia-sia melakukannya. Kalau soal
susahnya mendidik anak, manusia atau gagak sama saja. Ah, bapak itu pulang
membawa makanan untuk keluarganya, akan kuikuti. Di keluarga manapun ayah
pulang membawa makanan. “Ini daun bawang
yang kau minta”, kata si ayah. “Ini kan daun bawang!! Yang kuminta bawang
bombai!!”, istrinya marah. Dia dimarahi seperti aku. Sama seperti aku yang
mengumpulan makanan, bapak inipun pasti
bersusah payah mengumpulkannya.
Tapi
ada satu keluarga yang mengganggu pikiranku. Keluarga yang tinggal di lantai 3
gedung nomor 29. Ayah di keluarga ini hampir tidak pernah di rumah. Aku cuma
melihatnya beberapa bulan sekali. Lalu siapa yang membawakan makanan, ya?
Awalnya kupikir manusia gendut berbibir merah adalah ayahnya, tapi sepertinya
dia ibu. Apa si ibu ini membawakan makanan juga, menggantikan si ayah, ya?
Aku
jadi ingat Ashinaga, temanku dulu. Kebanggaannya adalah kaki panjangnya yang
kuat. Dia bisa membawa makanan beberapa kali lebih banyak dibanding pejantan
lain. Karena itu, anak-anak yang dia besarkan tumbuh dengan baik. Dia selalu
bilang, “Tak ada makanan yang tak bisa kubawa”. Suatu hari ia mencuri makanan yang berat milik
manusia. Ia sulit menyeimbangkannya tapi juga tak mau melepaskannya. Aku hanya
diam dan melihat bagaimana ia ditangkap manusia saat ia terjatuh.
Mungkin
anak-anak Ashinaga merengek meminta makanan yang mewah. Karena terlalu percaya
diri dan mencuri milik manusia, Ashinaga pun akhirnya mati. Yang repot adalah
istri yang ditinggalkannya. Karena selama ini Ashinaga bekerja dengan baik, si
istri pun jarang bekerja mencari makanan. Di tahun itu 2 dari 3 anaknya pun
mati dan anak yang tersisa menjadi anak yang rakus soal makanan. Kemudian,
gara-gara sifat rakusnya dia mati di tempat sampah karena tersedak mayones.
Oda Tobira (Tomo'o- Harus Makan Banyak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar