Minggu, 30 September 2012

The Bus and Us

In a time like this, I imagine be in front of your room in midnight and knock the door, but probably there’s no answer. So I peep thru your window and find you were sleeping. I write a message and left it under your doormat. Then I back to my room and proceed sleeping.

          In the morning when you wake up and left your room, not did you notice that there was a message. I know because the routines taught me. I woke up late and you’d be tying your shoes’ laces. By the time I finished my super short shower and embellish my face simply without eyeliner because you always complaint me. Not do I walk in haste, as I know, I’d be catch you at the bus stop. So I walk chill.

          I looking for you at the bus stop but I don’t find. You took the white bus earlier, I took the yellow then. Weird, cause we’re going the same way. So in the bus, I took my time and close my eyes for a minute. I’ll smile while doing that, and you obviously don’t have to guess why. I was reminiscing the good time we had when you were also beside me here, using the yellow bus. I’ll smile while reminiscing, I hope. But I can’t. I do miss you. I'm missing you.

Rabu, 26 September 2012

Catatan Sore di Rumah Toko

Hanya ada tiga orang di ruang depan. Seorang pimpinan ditemani kekasihnya, dan saya.
Ada apa saya di tempat ini? Hanya berlindung dari panas yang sudah kelewat batas, atau sekadar menumpang membuat catatan bebas?
Cuma melihat kota dari balik kaca gelap, sambil mendengar ucapan-ucapan mesra dari mulut sepasang kekasih di sebelah. Sisi baiknya, tak ada asap di sini.
Dari perjalanan penuh pengorbanan, terkantuk-kantuk ngebut di jalan, menerjang debu dan pekak mesin menderu, lalu apa?
Tidak ada siapa-siapa. Pelajaran hari ini, datang terlalu cepat sama buruknya dengan datang terlambat.

Selasa, 25 September 2012

Birokrasi Kekasih

Kau bukannya tak punya hati.
Kau bilang sulit bagimu merasa karena kau tak punya hati.
Kau pasti punya,
itulah mengapa kau masih bersamaku.
Tapi kau tetap saja tak bisa menerima rasa.

Kau tau? Menurutku, hatimu terlalu birokratis.
Aku sulit mengerti alasan semua cinta yang kau buat dengan trik membosankan itu
bisa menaklukkan banyak gadis selama ini.
Kalau tak membebaskan diri,
kau tak akan bisa merasakan aku.

Ekspresi cinta yang kau minta terlalu birokratis.
Padahal kau tahu, birokrasi hati tak mampu berbuat apapun.
Benar-benar membuat sedih kerena bahkan cintamu tak bisa diprivatisasi.
Dibanding cara demokrasi liberal dan birokrasi,
tidak bisakah kita bebas dan bertoleransi?

Kalau kau ingin meneruskan semangatmu itu,
lebih baik hentikan saja.
Aku tak bisa melakukan cara-caramu,
mungkin karena akupun sangat birokratis.

Anak Baru

Dua anak kecil yang bergandeng tangan ragu-ragu
mengintip lalu sembunyi dari balik pintu kayu.
Bukan ingin menemuiku,
mereka cuma ingin tahu, siapa itu wajah baru.
Dan sebelum tukang kayu di sebelah mengetok paku,
mereka lari tanpa sepatu, berlalu.
Mereka bukan takut dipalu,
cuma dua anak kecil yang malu-malu